Kegiatan 

Talkshow

Penyelenggaraan Bekraf Creative Labs (BCL) dengan tema Jogja Creative Music pada tahun 2017 merupakan kerjasama antara Badan Ekonomi Kreatif Indonesia dengan Institut Seni Indoensia Yogyakarta, dalam pelaksanaannya terdapat beberapa bentuk kegiatan, salah satu diantaranya adalah talkshow. Kegiatan talkshow dilaksanakan dalam dua tahap, tahap I dilaksanakan pada tanggal 27 – 28 Agustus 2017 di Hotel Inna Garuda Yogyakarta, sedangkan Workshop tahap II dilaksanakan pada tanggal 13 – 14 November 2017 di Hotel Horizon Ultima Riss Yogyakarta. Talkshow yang dilaksanakan pada tahun 2017 lebih mengedepankan pada pembahasan konsep musik bernilai ekonomi kreatif yang mampu bersaing dan menembus pangsa pasar internasional, untuk itu JOGCREASIC menghadirkan narasumber yang dapat memberikan materi sesuai kompetensi sesuai dengan maksud dan tujuan dari kegiatan.

Tahun 2017, Kegiatan talkshow dalam gelaran acara Bekraf Creative Labs tahap I menghadirkan Dr. Ir. Wawan Rusiawan, M.M. (Direktur Riset dan Pengembangan Ekonomi Kreatif BEKRAF), musisi kenamaan Dwiki Darmawan dan Adib Hidayat (Jurnalis) sebagai narasumber, sedangkan Talkshow Bekraf Creative Labs tahap II menghadirkan Slamet Aji Pamungkas dari BEKRAF, Musisi Indro Hardjodikoro, dan Budi Agus Riswandi pakar Kekayaan Intelektual (KI) sebagai narasumber.

Dari kegiatan Talkshow yang telah dilaksanakan, terdapat catatan penting dari para narasumber dalam pengembangan ekonomi kreatif pada sektor musik di Indonesia. berikut catatan dari para narasumber

Dr. Ir. Wawan Rusiawan, M.M. : Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kendala terbesar dalam peningkatan PDB Nasiona Bekraf memberikan dukungan penuh dalam usaha pengembangan kreatif bidang seni (musik).Bekraf dalam hal ini merupakan perwakilan dari pemerintah. Dengan adanya Bekraf, usaha ekonomi kreatif diharapkan dapat berkembang dan memiliki nilai tambah melalui proses dan hasil produksinya. Hal utama yang menjadi faktor kendala dalam pengembangan di berbagai sektor di Indonesia adalah faktor Sumber Daya Manusia yang memiliki kemampuan relatif rendah.Peningkatan kemampuan dan kecerdasan SDM menjadi hal yang mutlak diperlukan untuk kemajuan Indonesia.Salah satu produk hasil budaya manusia adalah musik.Oleh karena itu, musik sebagai salah satu produk harus memperoleh perhatian atas upaya peningkatan ekonomi kreatif.

Peran Bekraf dalam Pengembangan Subsektor Musik Keberadaan Bekraf melalui program-programnya untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia dan menghadapi daya saing “ekonomi kreatif” internasional.Wilayah yang dipandang memiliki potensi besar dalam korelasi dengan ekonomi kreatif adalah Pulau Jawa. Dalam hal ini, Pulau Jawa merupakan pendiri potensial ekonomi kreatif. Namun, untuk meningkatkan nilai Produk Domestik Bruto (PDB), Pemerintah mempunyai target memperluas ekonomi dan memberikan lapangan pekerjaan.Melalui keberadaan Bisma, Bekraf berupaya merekam data jumlah pelaku kreatif dan pesebarannya di Indonesia.Terkait dengan target tersebut, Pemerintah mendorong dan mendukung pola pembiayaan pelaku seni dalam ekonomi kreatif melalui 16 subsektor. Beberapa langkah Bekraf yang teraplikasi dalam beberapa kegiatan, antara lain: merekam pelaku ekonomi kreatif dengan fasilitas Bisma, mengundang narasumber yang berkompeten di bidangnya, melakukan kolaborasi Bekraf dengan Perguruan Tinggi.

Dwiki Darmawan : Tiga pilar fundamental dalam bermusik, yaitu:

  • 1. Karya
  • 2. Manajemen
  • 3. Potensi

Di Indonesia ketiga tersebut masih banyak dilakukan sendiri.Dalam hal ini, pelaku seni berswadaya secara mandiri untuk berkreasi, berproduksi bahkan hingga berupaya untuk mendistribusikan produk karyanya secara mandiri. Terkait dalam hal itu, suatu karya akan mencapai hasil yang gemilang apabila senimannya fokus dalam berkarya. Seharusnya seniman ada hanya untuk fokus berkarya.Sementara itu, secara manajerial, bila memungkinkan seorang seniman hendaknya memiliki booking agent- manajerial group.Oleh karena itu, antara karya, manajemen dan pontensi sudah seharusnya dilakukan atau dikerjakan secara terpisah oleh masing-masing pihak yang berbeda sehingga dalam kinerjanya lebih terfokus dan hasilnya optimal.Dalam hal ini, karya yang terlah dilempar ke masyarakat perlu untuk direview. Review dalam hal ini berfungsi untuk menaikan nilai suatu karya. Oleh karena itu, peran kritikus sangat diperlukan. Terkait pemikiran tersebut, sangat dimungkinkan peran Bekraf untuk bisa menjembatani seniman atau group-group musik dalam mempromosikan produk karyanya. Publikasi media sosial secara live sangat penting dilakukan untuk menunjang pesebaran karya untuk dapat dikonsumsi oleh konsumen. Era sekarang musik secara live di media sosial lebih mudah sebagai ajang promosi dari pada media massa yang memerlukan budget pendanaan yang cukup besar. Selain ketiga fundamental tersebut dapat ditambahkan adanya artistik dan bisnis yang secara keilmuan musti dikuasai oleh para pelaku seni sehingga memahami strategi dalam pemasaran serta memiliki kemampuan dalam memperhitungkan nilai keuntungan dalam membaca selera masyarakat.

Adib Hidayat : Era sekarang musik digital menjadi trend, sehingga media sosial merupakan sarana legalitas dapat publikasi.Hal ini ditengarai bahwa pada era sekarang, produk instant lebih cepat ditangkap dan disukai oleh masyarakat dibandingkan produk yang memiliki rekam jejak yang lama untuk benar-benar mempertimbangkan kualitas dari hasil produknya. Jalur lain yang dapat pula dipergunakan untuk memperoleh legitimasi masyarakat atas kualitas karyanya, yaitu melalui festival musik.Festival musik sebagai panggung presentasi karya musikyang dapat diikuti secara meluas bahkan hingga mendunia.Banyak group-group musik dapat dikenal luas karena adanya festival musik. Festival-festival tersebut dapat mengangkat berbagai genre musik, baik berupa pop, jazz, rock, etnik maupun genre lainnya. Selain itu, melalui media sosial sangat mudah untuk menaruh karya-karya, sehingga karya tersebut akan cepat untuk dikenal masyarakat dan juga sebagai bagian dari ajang promosi. Selain itu, pihak media juga mengharapkan peran Bekraf untuk bisa bekerjasama dengan berbagai pihak dalam penyelenggaraan festival-festival musik di dunia.

Slamet Aji Pamungkas : Era baru Perekonomian Indonesia Harus kita sadari, dari ide dalam perkembangan era dalam dunia pertanian, industri, informasi inilah ekonomi kreatif muncul dengan menggali kekuatan sumber daya yang seakan tidak pernah habis. Dalam dunia ekonomi kreatif terdapat beragam isu strategis yang dapat kita kembangkan. Isu strategis ini meliputi masalah: sumber daya manusia, pemasaran, riset, edukasi, akses, pemodalan, infrastruktur, regulasi, kelembagaan, dan iklim usaha. Dalam perjalanannya kita juga harus memahami rantai nilai ekonomi kreatif yang berwujud: kreasi, produksi, distribusi, konsumsi, dan konservasi. Untuk merealisasikan nilai ini Bekraf telah bekerjasama dengan ITB, ISI, IKJ, ITS, dan UNDIP. Kerjasama ini tentu akan memudahkan terwujudnya sinergi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat luas dalam mengembangkan ekonomi kreatif di berbagai sub sektor berdasar pada isu strategis yang dirumuskan.

Indro Hardjodikoro : Strategi Musik Kreatif: Memperkenalkan Kekayaan dan Keberagaman Budaya Indonesia Sebagai musisi, Indro Hardjodikoro menularkan gagasan kreatifnya yang khas untuk dapat eksis dalam dunia industri. Indonesia memiliki kekayaan musik dan kebudayaan tradisi yang sangat melimpah ruah. Hal ini tentu menjadi suatu peluang yang sangat potensial untuk terus mendorong dan memperluas pengembangan musik kreatif dalam orientasi kepentingan seni maupun industri sekaligus. Aliran apapun musik yang kita geluti, kekayaan musik tradisi kita sesungguhnya dapat kita jadikan sebagai embrio kebaruan musik kreatif yang akan sangat menguntungkan, baik dalam konteks konservasi maupun kreasi yang futuristik. Dalam konteks strategi musik kreatif, Indro Hardjodikoro diantaranya menekankan pada langkah-langkah sebagai berikut:

  • Pendalaman Teknik Permainan
  • Pemahaman Karakteristik Repertoar
  • Orientasi Penciptaan Musik
  • Pemaknaan dan Penjiwaan Lagu
  • Kualitas Holistik suatu Pertunjukan Musik

Selain hal-hal yang berhubungan dengan masalah internal musik secara teknis, Indro Hardjodikoro juga memberikan contoh bagaimana ia memiliki formulasi untuk mengatasi kecenderungan emosional seorang solois yang berdampak kurang baik untuk kepentingan kolektif – khususnya dalam integrasi dengan pemain lain, misalnya dalam masalah tempo. Ia memiliki strategi untuk mengelola stabilitas emosi dengan tidak memakan daging. Hal ini ternyata memiliki dampak yang sangat jelas. Kurang lebih sudah selama 4 tahun tidak memakan daging, kini emosionalnya dapat dikendalikan dengan jauh lebih baik

Budi Agus Riswandi : Hak Cipta dan Hak Terkait Dalam Musik dan Lagu Tema ini menekankan pada perspektif HAKI dalam kaitannya dengan perkembangan industri kreatif di bidang musik. Terdapat tiga hal vital dalam perspektif ini yang mutlak disadari bersama, terutama oleh para pelaku seni.

  • Mengetahui Hak Pelaku Industri:
    Dalam hal ini berhubungan erat dengan hak artis yang meliputi:
    • Sebagai Pencipta : Hak cipta (hak moral dan hak ekonomi)
    • Dalam Pertunjukan : Hak terkait (hak eksklusif) 1. Pelaku Pertunjukan 2. Produser Rekaman 3. Lembaga Penyiaran
  • Melindungi Hak cipta : Sistem deklaratif
    Upaya melindungi hak cipta dapat ditempuh melalui pembuatan dan penerapan sistem sebagai berikut:
    • Dokumentasi
    • Publikasi
    • Pencatatan
    • Penegakkan hukum
  • Eksploitasi Hak ekonomi Musik dan Lagu (pencipta)
    Pelaku industri kreatif mutlak untuk senantiasa melihat secara komprehensif implikasi dari perkembangan hasil publikasi karyanya untuk menghindari eksploitasi yang merugikan. Kita dapat melihat berbagai kemungkinan eksploitasi hak ekonomi dalam:
    • Pentas langsung
    • Rekaman
    • lagu latar
    • publikasi buku musik
    • LMK
    Selain perspektif tersebut, prosedur mengenai komunitas kelembagaan juga sebaiknya dipelajari. Misalnya terdapat merk kolektif maka keberadaan komunitas menjadi legal dan menjadi perkumpulan yang berbadan hukum.

Related posts